Listen to and view wildlife on Mt Salak
PRIMATA
   
0 Monyet Ekor Panjang
   
Primata yang paling sering dilihat di taman nasional adalah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), juga umum dikenal sebagai macaca jawa (java macaque), monyet pemakan kepiting (crab-eating macaca) atau monyet ekor panjang. Seperti yang ditunjukkan dari namanya, ekor monyet ini cukup panjang, kira-kira sama panjang dengan tubuhnya (hingga 65cm). Baik jantan dan betina beratnya sampai 8kg.

Monyet ini termasuk omnivora (pemakan segalanya), memakan serangga, buah-buahan, bunga, dan daun, dengan buah-buahan mencapai 60% dari total makanannya. Monyet ekor panjang hidup di dahan (arboreal) dan aktif pada siang hari (diurnal), makan di pepohonan sepanjang hari.

Monyet ekor panjang tersebar di seluruh Indonesia dan di kawasan tropis negara-negara tetangga di ASEAN. Tidak seperti surili, monyet ini pemalu dan jarang masuk ke kawasan Vila Botani, tetapi kerap terdengar suaranya dan kadang-kadang terlihat di taman nasional, selalu bertengger di batang pohon bagian atas.
   
Monyet Surili
   
Primata yang suka masuk Vila Botani kadang-kadang adalah surili, yang mungkin ditemukan oleh wisatawan, ketika sedang mencari makan berupa buah-buahan hutan. Surili, yang merupakan satwa endemik Jawa Barat, bertubuh kecil, ramping, dengan berat tubuh antara 6-8kg.

Hampir semua monyet merupakan satwa diurnal (aktif siang hari) dan arboreal (menghuni pepohonan). Mereka menghabiskan hampir seluruh hidupnya di pepohnan dan berkelompok. Pengunjung kerap melihat surili bergelantungan di batang pohon yang tinggi. Ketika merasakan ada manusia, mereka menyembunyikan wajah di balik dahan, tetapi badannya tetap kelihatan.

Surili terancam keberadaannya dikarenakan habitat yang terus menerus menghilang. Petani tahu, ketika surili menyerang tanaman, petani susah sekali mengusir mereka. Selama musim kemarau, Pak Jai pernah sekali mengamati seekor surili bergulat dengan nangka yang berat dan berbau busuk, lepas dari pohon di Vila Botani dan bergoyang-goyang menjauh dengan hadiahnya, buah nangka itu. Ia berhasil mendapatkan buah nangka untuk dimakan.
 
Owa Jawa
   
Nama umumnya javan atau moloch gibbon, owa, wauwau, atau silvery gibbon. Owa jawa kerap terdengar suaranya di kejauhan taman nasional tetapi sangat jarang terlihat. Owa jawa merupakan kera kecil, berat antara 5-9kg dengan panjang tubuh antara 44-64cm. Rambut tubuhnya berwana abu-abu kebiruan, dengan abu-abu gelap atau topi hitam dan tak punya ekor luar. Owa jawa menempati ruang khusus di kanopi hutan. Mereka membutuhkan kanopi hutan primer yang berlanjut untuk berpindah-pindah, sejak mereka tidak berjalan di lantai hutan. Chevron menghitung ada 61 ekor di lahan konsesinya di sisi selatan Gunung Salak tahun 2011.
 
   
s
Owa Jawa
   
Taman Nasional Gunung Halimun Salak menopang populasi terbesar dari owa jawa (javan gibbon), sekitar 1.000 ekor. Sebagaimana semua jenis owa, owa jawa hidup berpasangan. Berada di ketinggian kanopi hutan Jawa, owa jawa betina bernyanyi di pagi hari sebelum ia dan keluarga berpindah meng-habiskan hari mencari buah. Lagunya bergema seperti nada kesedihan yang terdengar hingga jarak lebih dari 1.500m.

"Nyanyian agungnya" dimulai dengan suara lembut, tempo pendek, kemudian dirangkai dalam delapan tempo pendek, diikuti dua nada panjang yang mana akan berubah menjadi dua lengkingan panjang. Nyanyian akan berakhir dengan dua suara pendek, delapan rangkaian suara pendek dan lembut, satu suara dalam ketukan yang konstan.

Betina bernyanyi untuk mendeklarasikan teritorinya untuk beberapa hari. Pejantan pasangannya akan duduk tenang, mengintai penyusup di hutan sekitarnya. Jika ada makhluk asing yang terlihat, maka pejantan akan menjerit keras dalam upaya untuk mengusir.

   
Listen to the Gibbons sing "great call" in Sumatran rainforest
   
1
Kukang Jawa
   
Kukang jawa (Nycticebus javanicus) adalah primata asli di pulau Jawa, Indonesia. Dahi memiliki pila berlian putih yang terkenal, yang terdiri dari garis yang berbeda yang bergaris di atas kepalanya dan di bagian arah mata dan telinga. Kukang jawa beratnyaranta antara 1,25 pound (570 66,9 gram) dan 1,51 pound (685 4, 9 gram). Seperti semua kukang, bergerak perlahan-lahan di tanaman merambat, bukan melompat dari pohon ke pohon. Habitatnya di hutan primer dan sekunder, tetapi dapat juga ditemukan di hutan bambu dan hutan bakau, dan perkebunan cokelat. Makanan biasanya terdiri dari buah, pohon karet, kadal, dan telur. Kukang tidur di cabang-cabang yang terbuka, kadang-kadang dalam bentuk kelompok dan biasanya terlihat sendiri atau berpasangan.
   
   
Lutung Jawa
2
   
Lutung jawa (Trachypithecus auratus) , sub spesies owa juga dikenal sebagai lutung eboni, paling sering warnanya hitam mengilap dengan nuansa kecoklatan di kaki, sisi, dan "cambang". Satwa ini endemik Pulau Jawa, serta beberapa pulau di Indonesia. Taman Nasional Gunung Halimun-Salak adalah salah satu dari beberapa habitat lutung yang tersisa.

Seperti banyak monyet, ekor spesies ini masih panjang, hingga 98cm sedangkan tubuh hanya sekitar 55cm panjangnya. Lutung jawa penghuni hutan hujan dan arborela. Makanan utamanya adalah tumbuhan (herbivora), makan daun, buah, bunga, dan kuncup bunga, walaupun lutung jawa juga makan larva serangga. Seperti monyet lain, lutung jawa adalah satwa sosial, hidup dalam kelompok.